Monday, August 19, 2013

Komunikasi Getok Tular Yang Semakin Diperhitungkan



Sepuluh tahun yang lalu, komunikasi getuk tular masih dipandang sebelah mata. Karena sifatnya yang one on one communication, tidak massal dan hanya terbatas hanya pada suatu area tertentu saja. Namun kini, disaat jumlah media massa sudah sangat membludak dan teknologi komunikasi sudah sangat semakin maju. Justru komunikasi getok tular semakin diminati oleh pelaku bisnis.
 
Para pelaku bisnis kini menyadari penggunaan media massa tradisional semata tidak efektif lagi. Coba saja lihat layar kaca kita, berapa banyak stasiun TV yang menunggu kita tonton, dan berapa banyak iklan yang ditayangkan dalam suatu program ? Selama puluhan tahun iklan melalui media massa berhasil "mengganggu perhatian" pemirsa target audiencenya. Saat kita menonton atau mendengarkan radio, tiba tiba saja iklan lewat tanpa bisa dihalangi. Demikian pula saat kita membuka media cetak, kita tak dapat pura pura melihat iklan yang dipasang artikel yang sedang kita baca.
Namun keadaan berubah, sejak semakin banyaknya iklan yang ditayangkan menyebabkan konsumen kini sudah bebal dengan iklan. saking semakin banyaknya iklan, kini konsumen semakin sulit mengidentifikasikan iklan yang ditayangkan. Hanya iklan iklan yang "luar biasa" saja yang akan masuk ke benak konsumen.
 
Namun disisi lain dengan semakin banyaknya pilihan media dan kemajuan teknologi seperti internet yang kini dapat dengan mudah diakses melalui HP, maka konsumen dapat dengan mudah mencari informasi mengenai suatu produk. Smartphone kini menjadi gaya hidup bagi hampir sebagian besar konsumen kelas menengah atas. Konsumen juga dapat dengan mudah mengungkapkan rasa suka atau tidak sukanya terhadap suatu produk melalui komunitas tradisionalnya ataupun komunitas di dunia maya. Facebook, Twitter, Instagram dan Path adalah contoh contoh jejaring sosial yang terus semakin berkembang.
 
Berdasarkan suatu riset yang pernah diadakan di AS, disimpulkan bahwa pembelian bukan sebagai respon langsung terhadap suatu iklan melainkan respon dari apa yang konsumen ketahui sebelumnya dari sumber sumber yang mereka percayai. Konsumen itu tidak bodoh dan pasif. Mereka mengumpulkan informasi dari berbagai sumber seperti media promosi, tenaga penjual dan sebagainya. Kemudian apa yang mereka ketahui mereka komunikasikan kepada kenalan mereka. Fenomena ini dikenal sebegai word of mouth (WOM) atau disini dikenal sebagai komunikasi getok tular. Fenomena inilah yang konon juga membuat pergeseran pola komunikasi yang semula hanya  dari A-I-D- D - A  (Awareness - Interest - Desire - Decision - Action)  menjadi A-I-S-A-S, yaitu ada formasi search dan share yaitu mencari informasi dan sharing. 
 
WOM ini sering didefinisikan sebagai upaya pemasaran untuk memicu konsumen untuk membicarakan, mempromosikan, merekomendasikan dan menjual produknya kepada pelanggan lainnya. Meskipun tak semua produk cocok menggunakan WOM sebagai alat pemasaran, namun setidaknya hal ini mampu meningkatkan awareness terhadap produk mereka.
 
Berdasarkan buku the anatomy of Buzz, dikatakan bahwa komunikasi ini dijadikan sumber informasi konsumen dalam memilih restoran, investasi, obat obatan, biro perjalanan dan sebagainya.
 
WOM akan memberikan dampak positif bagi suatu bisnis, apabila produk/jasa tersebut dapat memberikan kepuasan bagi konsumennya, Konsumen yang puas tentunya akan dengan senang hati rasa puasnya kepada rekan rekannya, namun bila mereka kecewa, maka yang bersangkutan juga akan tak segan segan menyebarkan berita buruk ini pula.
 
Kini WOM tak hanya terbentuk secara alamiah semata, ada upaya upaya pemasar untuk melibatkan WOM dalam strategi pemasarannya. Kita dapat melihat apa yang dilakukan Sunlight dalam program Agen Sunlight 1000, Kecap Bango, Toyota Avanza dan juga aktifitas pemasaran yang dilakukan oleh produk produk Multi Level Marketing.
 
Secara teknis, aktivitas WOM dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu :
-Talking, yaitu bagaimana membuat konsumen membicarakan produk kita
-Promoting, yaitu bagaimana konsumen mau untuk mulai mempromosikan produk kita.
-Selling, yaitu bagaimana konsumen mau membantu untuk menjualkan produk kita.
 
Nah rekan rekan bisnis, silakan menggunakan aktivitas word of mouth sebagai strategi pemasaran kita guna memenangkan persaingan. Selamat mencoba !

Tuesday, August 6, 2013

8 Etos Kerja Profesional (Bagian 2 dari 4 Bagian)

Dalam edisi kali ini kami akan menampilkan Etos 3 dan Etos 4 yang merupakan bagian dari 8 Etos Kerja Profesional Karya Bapak Jansen Sinamo, Guru Etos Indonesia.

Etos 3: Kerja adalah Panggilan Suci; Aku Bekerja Tuntas Penuh Integritas
Suci, menurut Kamus Webster, berarti diabdikan pada Yang Suci. Kerja adalah panggilan suci berarti kerja disadari dan diniatkan sebagai aktivitas yang berorientasi pada Yang Suci: kepada Tuhan dengan tiga atribut utama-Nya, yaitu kebenaran, kebaikan, dan keadilan.
Penghayatan kerja semacam ini hanya mungkin terjadi jika seseorang merasa terpanggil melakukan tugas tersebut. Rasa keterpanggilan di sini selain berasal langsung dari Tuhan, juga dari instansi penuh keluhuran yang sarat mengandung kebenaran, kebaikan, dan keadilan.
Dengan kesadaran bahwa kerja adalah panggilan suci maka terbitlah perasaan benar, feeling right, di hati sang pekerja. Perasaan benar ini menciptakan rasa mantap dan percaya diri yang pada gilirannya motivasi kerja yang kuat. Jadi, menuaikan kerja sebagai panggilan suci, secara internal akan membangun karakter integritas dalam diri kita. Sedangkan secara eksternal, kita dinilai sebagai orang terpercaya, sehingga semakin diandalkan oleh para klien-konstituen-pelanggan kita.

Etos 4: Kerja adalah Aktualisasi; Aku Bekerja Keras Penuh Semangat
Di dalam dan melalui pekerjaan, kita semua mengaktualisasikan diri. Aktualisasi berarti mengubah potensi menjadi kompetensi, menjadi nyata dan aktual, dari baik menjadi terbaik: good-better-best begitulah prosesnya. Misalnya, gunung yang mengandung bijih emas  dikatakan orang memendam potensi kekayaan; maka aktualisasi berarti bekerja menambang emas tersebut hingga diperoleh batangan-batangan emas yang siap jual ke pasar.
Manusia pun bagaikan pegunungan besar yang mengandung potensi bio-psiko-spiritual yang menunggu penggalian dan pengembangan. Potensi ini awalnya merupakan rahmat Tuhan, sama seperti bijih emas dalam perut pegunungan itu adalah anugerah Tuhan. Potensi insani adalah raksasa tidur, benih agung yang berkarakter ilahi, artinya manusia bisa tumbuh menjadi pribadi-pribadi akbar dengan karya-karya besar.
Aktualisasi potensi insani ini terwujudkan melalui bekerja yakni pengerahan energi bio-psiko-spiritual secara intensif penuh intensi. Otot hanya berkembang jika dipakai secara optimal, begitu juga potensi jiwani dan rohani, mental dan intelektual, hanya bisa mekar dan berkembang melalui kerja dan pekerjaan.

Secara eksternal, produktivitas berdasarkan kompetensi yang berkualitas ini akan menjadi andalan aman bagi semua mitra kerja untuk bersinergi secara win-win dan berkelanjutan. 

Saturday, July 6, 2013

Leadership Series : Mengenal Kepemimpinan Jenderal Patton


Jenderal George S Patton, Jr atau dikenal dengan nama Jenderal Patton merupakan salah satu tokoh militer legendaris dunia, yang berhasil memimpin pasukannya dalan menerobos pertahanan pasukan Nazi Jerman di Eropa dalam waktu yang sangat singkat. Ia dikenal sangat keras namun sangat juga perhatian pada pasukannya. Ikuti Ulasan singkat mengenai Jenderal besar ini pada pertengahan Juli 2013

8 Etos Kerja Professional (Bagian 1)

Tulisan ini merupakan tulisan Bapak Jansen Sinamo yang dikenal sebagai Guru Etos Indonesia. Merupakan Kehormatan bagi kami dapat menyebarkan buah tangan beliau dalam blog kami ini.
Tulisan ini akan kami bagi dalam 4 bagian. Semoga bermanfaat dan dapat membangkitkan Etos kerja yang lebih baik dalam diri kita semua.
Pada akhir Perang Dunia Kedua, Jerman dan Jepang kalah telak dan luluh lantak oleh Sekutu. Tetapi tak sampai 50 tahun kemudian, Jerman dan Jepang masing-masing bertiwikrama menjadi bangsa paling maju di Eropa dan Asia baik secara sains-teknologis maupun bisnis-ekonomis. Mengapa bisa demikian? Jawabnya ditemukan di wilayah rohani. Tepatnya, etos dan budaya kerja mereka ternyata tidak ikut hancur lebur. Yang hancur cuma gedung, jalan raya, dan infrastruktur fisik lainnya. Tetapi the spirit within their heart tetap utuh. Dan inilah makna pertama dari kata etos.[1]
Kiranya semua bangsa perlu belajar dari kedua bangsa ini. Menurut Max Weber (1905)[2], intisari budaya dan etos kerja bangsa Jerman dapat disarikan sebagai berikut:
1.       Bertindak rasional.
2.      Berdisiplin tinggi.
3.      Bekerja keras.
4.      Berorientasi pada kesuksesan material.
5.      Hemat dan bersahaja
6.      Tidak mengumbar kesenangan.
7.      Menabung dan berinvestasi.

Di Timur, orang Jepang menghayati Etos Bushido (etos para samurai = the way of the samurai) yang bersumber dari perpaduan filsafat Konfusianisme, Buddhisme, dan Shintoisme yang kemudian merupakan karakter dasar budaya kerja bangsa Jepang.[3] Etos Bushido menurut Robert Bellah (1957) tersebut terdiri dari tujuh prinsip sebagai berikut:
1.       Gi: Keputusan yang benar diambil dengan sikap yang benar berdasarkan kebenaran; jika harus mati demi keputusan itu, matilah dengan gagah, sebab kematian yang demikian adalah kematian yang terhormat.
2.      Yu:Berani dan bersikap kesatria.
3.      Jin: Murah hati, mencintai dan bersikap baik terhadap sesama.
4.      Re:Bersikap santun; bertindak benar.
5.      Makoto: Bersikap tulus yang setulus-tulusnya; bersikap sungguh yang sesungguh-sungguhnya; tanpa pamrih.
6.      Melyo: Menjaga kehormatan, martabat dan kemuliaan.
7.      Chugo: Mengabdidan loyal.

Kiranya juga jelas, kemajuan Jepang dalam kancah perekonomian dunia dapat dipahami sebagai akibat logis dari etos kerja di atas. Manajemen Jepang yang berintikan kaizen (proses perbaikan inkremental berkesinambungan) jika diperiksa dengan saksama, memang hanya mungkin berhasil jika didukung oleh etos kerja Jepang di atas atau yang setara dengannya.
Karena itu sangat kuatlah alasan bagi setiap pemimpin dan guru untuks ungguh-sungguh mengembangkan etos kerja segenap warga organisasinya. Tanpa etos yang sesuai, maka keberhasilan yang dicita-citakan hanyalah impian kosong di siang-bolong; artinya kita tetap edan di zaman edan yang semakin edan ini.
Selanjutnya, berikut ini dengan ringkas dipaparkan 8 Etos KerjaProfesional, yang adalah juga roh keberhasilan yang penuh semangat, penuh kesusilaan, dan sarat moralitas luhur.

Etos 1: Kerja adalah Rahmat; Aku Bekerja Tulus Penuh Kebersyukuran
Rahmat adalah pemberian baik yang kita terima bukan karena jasa atau prstasi kita, tetapi karena kebaikan sang pemberi. Jadi, respons yang tepat hanyalah bersyukur dan berterimakasih.
Kerja adalah rahmat, maka harus disyukuri setidaknya karena dua alasan. Pertama, kerja secara hakiki adalah rahmat Tuhan; lewat pekerjaan hidup kita dipelihara-Nya. Kedua, di samping upah finansial kita juga menerima banyak sekali faktor plus dari pekerjaan, misalnya kesempatan belajar, mengunjungi negeri asing, membangun relasi dengan banyak orang, dan sebagainya. Faktor-faktor plus ini pun adalah rahmat juga.
Karena itu kita akan tergerak untuk bekerja dengan hati yang ikhlas dan tulus. Bekerja tidak sambil bersungut-sungut, wajah merengut, bibir mengeluh, mulut mengaduh, serta hati menggerutu dan mengomel; karena kita sadar bekerja adalah bentuk terima kasih kita kepada Tuhan, negara, atau pemilik perusahaan dan manajemen yang telah membuka lapangan kerja.Kita telah lebih dahulu menerima dengan limpah, maka kita pun patut bekerja dengan rasa syukur yang berlimpah pula.
Menyadari bahwa rahmat selalu melimpah, kita pun terimbas untuk bermental limpah terhadap sekeliling kita, sehingga lama-kelamaan akan membentuk karakter limpah ruah (abundance character).  Penampakannya bermacam-macam:  senang menolong, tak kenal pelit, tak takut kekurangan, selalu merasa ada alternatif, mampu memberi kemudian menerima, bersedia menabur kemudian menuai, bersikap kontributif dan positif.
Orang berkarakter limpah ruah  memiliki jiwa besar karena sadar bahwa Sang Maha Pemberi selalu memberkati kita dengan limpah. Dengan jiwa besar, hati bersyukur, dan jiwa besar kita selalu diliputi sukacita dan rasa bahagia. Sukacita kerja pada gilirannya membuat kita selalu produktif, bebas dari perasaan tertekan, sehingga mampu menjadi aktor positif dalam menciptakan suasana kerja yang ceria dan gembira, serta selalu menjadi protagonis dan tak pernah antagonis.

Etos 2: Kerja adalah Amanah; Aku Bekerja Benar Penuh Tanggung Jawab
Amanah adalah titipan berharga yang dipercayakan pada kita. Melalui kerja kita menerima banyak amanah sehingga wajiblah kita bekerja dengan benar penuh tanggung  jawab.
Pemilik modal menitipkan usahanya, manajemen mempercayakan tugas-tugas manajerial, pelanggan mengandalkan kontinuitas pasokannya, dan pemasok mempercayakan barangnya dengan pembayaran kemudian.
Keluarga juga menitipkan amanah: agar kita selalu membawa pulang nafkah halal setiap hari ke rumah melalui pekerjaan yang baik dan positif. Kita juga menerima pekerjaan sebagai amanah dari negara, bangsa, dan Tuhan kita. Pendeknya, banyak kebutuhan pihak lain, yakni para konstituen-klien-pelanggan dipercayakan pada kita. Konsekuensi moralnya, kita dituntut melaksanakan amanah tersebut dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya; tidak boleh dikorupsi, dimanipulasi, dikurangi, atau dicuri. Kejujuran dan integritas menjadi sangat pokok dalam pelaksanaan amanah.
Sebagai pemegang amanah kita harus tepercaya (andal secara moral) dan kompeten (andal secara teknis) dalam pelaksanaan amanah tersebut. Konsekuensi logisnya: kita akan bekerja dengan sistematik dan terencana dan rencana kerja tersebut kita kerjakan dengan saksama hingga tuntas: tidak boleh menunda-nunda dan semena-mena, melainkan merampungkannya sampai beres dengan benar.
Jika seseorang mampu bekerja penuh amanah, maka secara psiko-spiritual akhlak tepercaya penuh kompetensi semakin terbentuk kuat dalam dirinya. Di pihak lain, sepasang akhlak ini menjadi jaminan sukses bagi pelaksanaan amanah itu sendiri. Dalam kondisi inilah kita berada dalam modus melakukan pekerjaan yang benar, dengan tujuan yang benar, dengan sikap yang benar, dengan metoda yang benar, serta menggunakan data yang benar pula.
Secara empiris, kita banyak melihat bahwa orang yang sukses mengemban amanah kecil akan mendapat amanah yang lebih besar. Lagi-lagi, karakter tepercaya penuh kompetensi tampil sebagai modal sukses. Boleh dikatakan, di atas karakter inilah dibangun prestasi kerja yang pada gilirannya membuat kita berharga dan dihargai para konstituen-klien-pelanggan kita.

Bersambung

Antusiasme adalah Ibu Segala Kesuksesan

                                                                   Sumber : Internet

Tuesday, July 2, 2013

Tips Memenangkan Persaingan di Bisnis Resto

Sebagai kota metropoolitan, kehidupan di Wilayah Jakarta seolah tiada hentinya. Pagi hingga larut malam selalu ada aktivitas. Hal senada juga terjadi di kota kota satelit di sekeliling Jakarta, sepeti Bogor, Tangerang, Bekasi dan juga Depok.
Seolah mereka telah benar benar menyatu dengan Ibukota kita itu dan mereka juga seolah mendapat berkah dari keberadaan mereka yang berbatasan dengan Jakarta. Konon mayoritas warga yang tinggal di kota kota satelit tersebut bekerja di Jakarta. Kemacetan akan nampak terjadi setiap pagi dan sore hari terutama di area area perbatasan.
Pertumbuhan pesat juga terasa di kota kota satelit ini. Pusat perbelanjaan dan Mall sekarang telah dibangun dimana mana. Carrefour, Giant dan Hypermarket kini semakin banyak muncul bahkan di area area perumahan di pinggiran kota Jakarta. Bukan hanya itu saja, kini kita dapat dengan mudah menemukan berbagai restoran fastfood di pinggiran kota Jakarta. Sesungguhnya bisnis makanan dan minuman memang memiliki prospek yang menjanjikan karena itulah banyak pengusaha yang berlomba lomba mendirikan cafe dan resto. Meskipun demikian banyak juga bertumbangan di tengah jalan. Namun hal ini tak menyurutkan mereka untuk muncul dengan bisnis yang baru.

Dalam artikel kali ini, kita akan membahas Trik persaingan Cafe dan Resto yang ditujukan agar dapat survive dan terus tumbuh.
Ada beberapa alasan utama, konsumen untuk mengunjungi suatu cafe atau resto, yaitu :
1. Suasana
2. Menu santapan yang ditawarkan
3. Promosi
4. Harga
5. Lokasi
Bagi tiap tiap konsumen tentunya prioritas dari kelima hal diatas sangat berbeda beda.Ada konsumen yang concern pada faktor suasana dan rasa, namun disisi lain ada juga yang sangat peduli pada harga. Karena itu, disini pentingnya pengelola cafe atau resto untuk membidik sasarannya secara tepat, mengingat beragamnya konsumen.

Faktor suasana ada kalanya memiliki peranan yang cukup penting, terutama bagi cafe atau resto untuk kalangan kelas atas. Biasanya bagi resto papan atas, suasana merupakan dagangan utama. Suasana ini dapat dapat dibangun antara lain melalui melalui keunikan tema, interior, hiburan/musik, hingga pelayanan prima.

Fakta lain membuktikan adakalanya "rasa" memegang peranan yang cukup dominan, coba tengok betapa antrinya pengunjung di tempat makan tenda di pinggir jalan seputaran wilayah Roxy atau Pecenongan. Suasana sangtalah tidak nyaman, karena tempat makan itu hanya berupa tenda dengan bangku kayu. Adakalanya bila di akhir pekan, kita harus berdesakan duduk demi ingin menikmati hidangan disana. Katakanlah tenda Sop Kaki Kambing Sudi Mampir, Kedia Biak dsb. Rasa makanan yang ditawarkan mereka mampu mengalahkan rasa tidak nyaman yang diterima konsumen saat bersantap disana.

Namun walaupun demikian, ada juga konsumen yang datang karena adanya promosi, baik berupa adanya menu baru yang diiklankan secara meluas ataupun adanya program undian berhadiah. Coba tengok betapa rajinnya Pizza Hut mengeluarkan menu baru yang diiklankan melalui layar kaca, yang ternyata menarik sebagian konsumen untuk mencobanya.Strategi ini nampaknya cukup berhasil mereka. Pizza Hut dapat dikatakan sebagai suatu gerai makanan yang sangat inovatif dalam menyediakan menu menu baru. Mulai dari nasi, pizza ikan, dsb. Ada pula konsumen yang tertarik datang ke suatu tempat karena adanya hadiah promosi. Biasanya promosi ini akan lebih menarik bagi konsumen anak anak atau remaja.

Sedangkan Harga, biasanya lebih menarik bagi konsumen kelas menengah bawah atau para remaja. Jadi tak semata mata resto atau cafe yang menawarkan harga murah akan laris manis dipadati pengunjung. Saat ini strategi harga juga dilakukan oleh KFC atau McD, mereka tak segan segan pasang iklan atau billboard yang mengkomunikasikan soal harga murah atau terjangkau. Baik KFC ataupun McD nampaknya ingin membidik anak anak remaja yang memiliki uang saku yang terbatas. Cuma Rp. 15 ribu tanpa ribet, demikian bunyi iklan yang mereka pasang. Bahkan saat ini kita masih bisa menemukan banyak menu Rp.5000 atau paket Goceng di KFC. Dan Bila kita lihat di beberapa area, kedua gerai ini buka hingga 24 Jam dan juga tetap penuh

Sementara itu, faktor lokasi juga memainkan peranan penting,mengingat betapa padatnya lalu lintas di jabodetabek. Biasanya resto/cafe yang berada di lokasi yang strategis akan lebih diuntungkan, karena faktor lokasi ini sebenarnya juga berkaitan erat dengan kenyamanan. Namun apabila faktor faktor diatas telah terpenuhi adakalanya konsumen akan rela untuk mengunjungi tempat itu meskipun lokasi tak strategis. Kecenderungan ini semakin terlihat dengan menjamurnya Seven Eleven serta Lawson, franchise asal Jepang yang menawarkan mini store plus resto. Posisi mereka yang rata rata dipinggir jalan raya seolah menjadi tempat alternatif untuk titik temu berbagai orang. Dari pengamatan kami banyak transaksi jual beli barang online menggunakan lokasi ini untuk titik temunya. Selain lokasi di pinggir jalan, geraio gerai ini juga menyediakan bangku bangku untuk nongkrong serta makanan dan minuman dengan harga yang juga terjangkau.

Cafe atau Resto yang sukses adalah mereka yang mampu untuk mendelivery promise of experience kepada customernya. Nah promise inilah yang mesti didefinisikan secara rinci, sehingga akan mudah untuk dioperasionalkan oleh seluruh tim dalam memberikan pelayanannya kepada customer atau tamu yang datang. Tentunya kesuksesan ini juga didukung oleh kemampuan untuk mendefinisikan target market yang tepat. Kombinasi kedua hal ini memberikan peluang besar untuk dapat sukses.

Misalnya saja, resto siap saji semacam KFC dan McD pada awalnya hanya hanya memberikan promise sebagai tempat makan yang menyajikan makanan secara cepat. Namun coba kita lihat kini mereka memberikan promise lain yaitu berupa kenyamanan, mulai dari arena bermain buat anak anak, musik, area parkir yang luas, hingga area wifi. Bahkan kini harganya juga semakin bersaing dengan tempat makan lokal.Sehingga promise (janji) yang dijanjikan mereka kepada konsumen seolah oleh telah terlunasi, bahkan mereka memberikan lebih !
Merekapun secara tepat mampu mendefinisikan target market yang tepat, yaitu keluarga muda dan remaja. faktor promise dan target yang tepat mampu bersinergi untuk memberikan hasil jangka panjang.

Nah trik sudah tersedia, selamat menjalankan !

Sunday, June 23, 2013

Komunikasi Pemasaran Sosial dan Politik

Komunikasi pemasaran, sebenarnya bukan hanya ditujukan untuk memasarkan produk atau jasa yang memiliki nilai komersial semata. Tetapi ia juga dapat digunakan untuk memasarkan gagasan ide ide sosial ataupun politik. Komunikasi Pemasaran, kini tak hanya digunakan oleh para pebisnis saja, tetapi juga dimanfaat kan oleh lembaga pemerintah, organisasi sosial maupun partai politik.

Menurut Djasmin Saladin (2001; 123) Komunikasi Pemasaran merupakan suatu aktivitas yang merupakan upaya untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi, membujuk atau mengingatkan pesan kepada sasaran agar mereka bersedia untuk membeli serta loyal terhadap apa yang ditawarkan tersebut.

Bila kita tengok dalam kehidupan sehari hari, mungkin kita seringkali bersinggungan dengan dengan hal ini. Mungkin diantara kita ada yang pernah menyaksikan iklan layanan masyarakat yang mengajak untuk membayar pajak, cara pemakaianan tabung dan selang Gas dengan baik dan benar atau pun iklan yang mengingatkan mengenai betapa berbahayanya rokok bagi kesehatan. Kedua contoh ini merupakan bagian dari komunikasi pemasaran sosial yang mengirimkan pesan pesan sosial berupa ajakan untuk setuju pada gagasan tertentu dan diharapkan untuk berperan aktif dalam melaksanakan gagasan tersebut

Demikian pula dengan poster poster atau spanduk dari para calon anggota legislatif yang marak di saat PEMILU, itu juga merupakan bagian dari komunikasi pemasaran. Pada intinya isi pesan mereka adalah agar para calon pemilih mengetahui platform kepartaian mereka dan tentunya diharapkan untuk mau mendukung dan memilihi caleg atau partai yang bersangkutan, saat PEMILU tiba. Untuk meyakinkan calon pemkilihnya , bahkan salah satu partai besar pada waktu itu bahkan berani menggulirkan gagasan kontrak politik yang siap menarik anggotanya di dewan bila tak mampu menjalankan amanah partai.

Dengan semakin banyaknya Partai yang ada dan juga semakin banyaknya pribadi yang berminat menjadi Caleg, tentunya bukan hal yang mudah bagi kandidat untuk tampil sebagai pemenang dalam pesta demokrasi ini. Mereka tidak hanya bersaing dengan kandidat dari partai lain, tetapi juga bersaing dengan kandidat dari partainya sendiri.

Intinya, kini komunikasi pemasaran sosial dan politik haruslah direncanakan dengan sebaik mungkin, seperti layaknya komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan perusahaan besar yang memasarkan produknya kepada masyarakat. Para pemasaran sosial dan politik harus mulai memperhatikan prinsip prinsip perencanaan komunikasi pemasaran modern yang antara lain mencakup publik sasaran (target audience), isi pesan, media komunikasi, kompetitor serta waktu komunikasi yang tepat. Kini publik semakin cerdas, mereka mampu untuk memilah dan memilih kandidat secara aktif. Kita lihat betapa banyak komunikasi pemasaran sosial yang dilakukan Pemerintah yang tak diindahkan oleh masyarakat, seperti iklan mengenai kebersihan dan Polusi Udara, nyatanya sampai saat ini sebagian besar masyarakta masih tak peduli terhadap hal ini.

Tanpa perencanaan dan strategi yang tepat, tentunya dana kampanye si caleg akan terbuang percuma. Dari beberapa interview dengan Calon Legislatif, rata rata mereka mengeluarkan biaya sebesar Rp. 250-500 Juta untuk melakukan aktifitas kampanye mereka, jelas hal ini merupakan angka yang tidak sedikit. Salah perencanaan tentunya akan fatal. Di Era Komunikasi ini, adakalanya kemenangan lebih berpihak pada pihak yang menguasai cara berkomunikasi dengan baik ketimbang calon yang tidak menguasai cara berkomunikasi. Kecerdasan dalam memiliki media yang tepat mutlak diperlukan. Kita bisa melihat bagaimana  Jokowi yang bukan saja relatif dibanding bersih ketimbang pihak petahana, tetapi timnya juga sangat piawai dalam berkomunikasi. Banyak pihak mengakui betapa pentingnya peran campaign manager dalam memenangkan kandidatnya. Kemenangan Obama dan Jokowi bisa saja dijadikan contoh sebagai political campaign yang efisien dan efektif.

Nah siapkah anda untuk berkompetisi di kancah pemilihan umum 2014 ?