Monday, August 19, 2013

Komunikasi Getok Tular Yang Semakin Diperhitungkan



Sepuluh tahun yang lalu, komunikasi getuk tular masih dipandang sebelah mata. Karena sifatnya yang one on one communication, tidak massal dan hanya terbatas hanya pada suatu area tertentu saja. Namun kini, disaat jumlah media massa sudah sangat membludak dan teknologi komunikasi sudah sangat semakin maju. Justru komunikasi getok tular semakin diminati oleh pelaku bisnis.
 
Para pelaku bisnis kini menyadari penggunaan media massa tradisional semata tidak efektif lagi. Coba saja lihat layar kaca kita, berapa banyak stasiun TV yang menunggu kita tonton, dan berapa banyak iklan yang ditayangkan dalam suatu program ? Selama puluhan tahun iklan melalui media massa berhasil "mengganggu perhatian" pemirsa target audiencenya. Saat kita menonton atau mendengarkan radio, tiba tiba saja iklan lewat tanpa bisa dihalangi. Demikian pula saat kita membuka media cetak, kita tak dapat pura pura melihat iklan yang dipasang artikel yang sedang kita baca.
Namun keadaan berubah, sejak semakin banyaknya iklan yang ditayangkan menyebabkan konsumen kini sudah bebal dengan iklan. saking semakin banyaknya iklan, kini konsumen semakin sulit mengidentifikasikan iklan yang ditayangkan. Hanya iklan iklan yang "luar biasa" saja yang akan masuk ke benak konsumen.
 
Namun disisi lain dengan semakin banyaknya pilihan media dan kemajuan teknologi seperti internet yang kini dapat dengan mudah diakses melalui HP, maka konsumen dapat dengan mudah mencari informasi mengenai suatu produk. Smartphone kini menjadi gaya hidup bagi hampir sebagian besar konsumen kelas menengah atas. Konsumen juga dapat dengan mudah mengungkapkan rasa suka atau tidak sukanya terhadap suatu produk melalui komunitas tradisionalnya ataupun komunitas di dunia maya. Facebook, Twitter, Instagram dan Path adalah contoh contoh jejaring sosial yang terus semakin berkembang.
 
Berdasarkan suatu riset yang pernah diadakan di AS, disimpulkan bahwa pembelian bukan sebagai respon langsung terhadap suatu iklan melainkan respon dari apa yang konsumen ketahui sebelumnya dari sumber sumber yang mereka percayai. Konsumen itu tidak bodoh dan pasif. Mereka mengumpulkan informasi dari berbagai sumber seperti media promosi, tenaga penjual dan sebagainya. Kemudian apa yang mereka ketahui mereka komunikasikan kepada kenalan mereka. Fenomena ini dikenal sebegai word of mouth (WOM) atau disini dikenal sebagai komunikasi getok tular. Fenomena inilah yang konon juga membuat pergeseran pola komunikasi yang semula hanya  dari A-I-D- D - A  (Awareness - Interest - Desire - Decision - Action)  menjadi A-I-S-A-S, yaitu ada formasi search dan share yaitu mencari informasi dan sharing. 
 
WOM ini sering didefinisikan sebagai upaya pemasaran untuk memicu konsumen untuk membicarakan, mempromosikan, merekomendasikan dan menjual produknya kepada pelanggan lainnya. Meskipun tak semua produk cocok menggunakan WOM sebagai alat pemasaran, namun setidaknya hal ini mampu meningkatkan awareness terhadap produk mereka.
 
Berdasarkan buku the anatomy of Buzz, dikatakan bahwa komunikasi ini dijadikan sumber informasi konsumen dalam memilih restoran, investasi, obat obatan, biro perjalanan dan sebagainya.
 
WOM akan memberikan dampak positif bagi suatu bisnis, apabila produk/jasa tersebut dapat memberikan kepuasan bagi konsumennya, Konsumen yang puas tentunya akan dengan senang hati rasa puasnya kepada rekan rekannya, namun bila mereka kecewa, maka yang bersangkutan juga akan tak segan segan menyebarkan berita buruk ini pula.
 
Kini WOM tak hanya terbentuk secara alamiah semata, ada upaya upaya pemasar untuk melibatkan WOM dalam strategi pemasarannya. Kita dapat melihat apa yang dilakukan Sunlight dalam program Agen Sunlight 1000, Kecap Bango, Toyota Avanza dan juga aktifitas pemasaran yang dilakukan oleh produk produk Multi Level Marketing.
 
Secara teknis, aktivitas WOM dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu :
-Talking, yaitu bagaimana membuat konsumen membicarakan produk kita
-Promoting, yaitu bagaimana konsumen mau untuk mulai mempromosikan produk kita.
-Selling, yaitu bagaimana konsumen mau membantu untuk menjualkan produk kita.
 
Nah rekan rekan bisnis, silakan menggunakan aktivitas word of mouth sebagai strategi pemasaran kita guna memenangkan persaingan. Selamat mencoba !

Tuesday, August 6, 2013

8 Etos Kerja Profesional (Bagian 2 dari 4 Bagian)

Dalam edisi kali ini kami akan menampilkan Etos 3 dan Etos 4 yang merupakan bagian dari 8 Etos Kerja Profesional Karya Bapak Jansen Sinamo, Guru Etos Indonesia.

Etos 3: Kerja adalah Panggilan Suci; Aku Bekerja Tuntas Penuh Integritas
Suci, menurut Kamus Webster, berarti diabdikan pada Yang Suci. Kerja adalah panggilan suci berarti kerja disadari dan diniatkan sebagai aktivitas yang berorientasi pada Yang Suci: kepada Tuhan dengan tiga atribut utama-Nya, yaitu kebenaran, kebaikan, dan keadilan.
Penghayatan kerja semacam ini hanya mungkin terjadi jika seseorang merasa terpanggil melakukan tugas tersebut. Rasa keterpanggilan di sini selain berasal langsung dari Tuhan, juga dari instansi penuh keluhuran yang sarat mengandung kebenaran, kebaikan, dan keadilan.
Dengan kesadaran bahwa kerja adalah panggilan suci maka terbitlah perasaan benar, feeling right, di hati sang pekerja. Perasaan benar ini menciptakan rasa mantap dan percaya diri yang pada gilirannya motivasi kerja yang kuat. Jadi, menuaikan kerja sebagai panggilan suci, secara internal akan membangun karakter integritas dalam diri kita. Sedangkan secara eksternal, kita dinilai sebagai orang terpercaya, sehingga semakin diandalkan oleh para klien-konstituen-pelanggan kita.

Etos 4: Kerja adalah Aktualisasi; Aku Bekerja Keras Penuh Semangat
Di dalam dan melalui pekerjaan, kita semua mengaktualisasikan diri. Aktualisasi berarti mengubah potensi menjadi kompetensi, menjadi nyata dan aktual, dari baik menjadi terbaik: good-better-best begitulah prosesnya. Misalnya, gunung yang mengandung bijih emas  dikatakan orang memendam potensi kekayaan; maka aktualisasi berarti bekerja menambang emas tersebut hingga diperoleh batangan-batangan emas yang siap jual ke pasar.
Manusia pun bagaikan pegunungan besar yang mengandung potensi bio-psiko-spiritual yang menunggu penggalian dan pengembangan. Potensi ini awalnya merupakan rahmat Tuhan, sama seperti bijih emas dalam perut pegunungan itu adalah anugerah Tuhan. Potensi insani adalah raksasa tidur, benih agung yang berkarakter ilahi, artinya manusia bisa tumbuh menjadi pribadi-pribadi akbar dengan karya-karya besar.
Aktualisasi potensi insani ini terwujudkan melalui bekerja yakni pengerahan energi bio-psiko-spiritual secara intensif penuh intensi. Otot hanya berkembang jika dipakai secara optimal, begitu juga potensi jiwani dan rohani, mental dan intelektual, hanya bisa mekar dan berkembang melalui kerja dan pekerjaan.

Secara eksternal, produktivitas berdasarkan kompetensi yang berkualitas ini akan menjadi andalan aman bagi semua mitra kerja untuk bersinergi secara win-win dan berkelanjutan.