Tuesday, January 15, 2013

Peranan Tenaga Penjual di Era Kompetisi Dahsyat

Dalam kehidupan sehari hari, kehadiran tenaga penjual disekeliling kita sungguh bukan hal yang asing lagi. Misalnya setiap pagi terdengar alunan jingle salah satu brand roti nasional dari gerobak yang dikayuh oleh tenaga penjualnya. Juga teriakan para penjual sayur, bubur ayam hingga bocah penjual koran. Saat kita berangkat ke kantor, di sepanjang jalan kita juga akan menemukan para penjual majalah, minuman ringan hingga lap pembersih kaca made in china di jalanan. Kita juga seringkali menerima telpon dari para financial advisor dari perusahaan asuransi atau telemarketing dari kartu kredit. Bahkan saat di mall pun kita akan menemukan begitu banyak dari mereka yang berusaha mendekati kita untuk mencoba menawarkan produknya. Mulai dari SPG resto siap saji yang memberikan flyer di depan pintu masuk mall, beauty advisor yang menawarkan sample parfum hingga para sales executive dari perusahaan otomotif ternama, semuanya berupaya mendekati konsumen/kastemer agar dapat menawarkan produk dagangannya. Bahkan sesungguhnya para penjaga toko adalah juga para penjaga tenaga penjual yang menjual barang dari berbagai merek di tokonya.

Intinya, tenaga penjual merupakan perpanjangan tangan dari produsen/distributor yang ditugaskan untuk bertemu dan melayani konsumen. Tenaga penjual, apapun namanya : salesman, sales promotion girl, telemarketer, sales executive ataupun financial advisor memainkan peranan yang penting dalam perusahaan. Mereka merupakan ujung tombak perusahaan. Kalau mereka berhasil menjual maka perusahaan dapat berjalan dengan baik. Bila mereka gagal maka cepat atau lambat dapat mempengaruhi keberlangsungan perusahaan yang bersangkutan.

Berdasarkan pengamatan penulis, banyak sekali tenaga penjual yang kurang dibekali cukup pengetahuan oleh perusahaan tempatnya bertugas. Mereka hanya diberikan training singkat yang isinya lebih ke hal hal administratif dan dengan satu perintah yang sangat jelas : Jual sebanyak banyak produk.
Dilapangan, sering terjadi friksi antara para tenaga penjual ini dengan konsumen karena mereka tidak mengetahui cara berkomunikasi dengan konsumen secara efektif.  Ada pula diantara mereka yang menawarkan produknya dengan sedikit memaksa. Tidak jarang pula ada yang tidak memahami spesifikasi produknya secara detil. Bahkan tidak jarang pula terdapat salesman yang mengakui kurang yakin dengan produk yang dijualnya begitu dicecar habis oleh calon konsumen yang bertipe kritis

Meskipun perusahaan menyadari pentingnya kualitas tenaga penjual, namun sebagian besar masih menganggap sepele peranan mereka. Pada perusahaan multinasional dan perusahaan nasional yang berskala besar, fungsi tenaga penjual telah ditangani secara serius. Pelatihan pelatihan yang bersifat softskill seperti pola pikir dan motivasional, serta hardskill seperti tekhnik menjual dan product knowledge juga telah sering dilakukan.

Tenaga penjual yang sukses adalah bukan hanya tenaga penjual yang mampu menjual barang dalam kuantitas yang besar, tetapi juga mampu menjalin hubungan dan komunikasi yang berkualitas dengan pelanggannya. Seringkali keputusan membeli konsumen dilakukan  bukan karena pertimbangan rasional  tetapi lebih karena pertimbangan emosional, termasuk kesan yang baik dari si tenaga penjual. Demikian pula sebaliknya. Bahkan penulis sempat menemui beberapa kasus perpindahan customer dari satu brand ke brand lainnya, hanya karena si salesman yang bersangkutan pindah pekerjaan.

Ditengah persaingan yang semakin ketat seperti saat ini, sudah semestinya pihak perusahaan dan tenaga penjual itu sendiri  menyadari peranan tenaga penjual sangatlah luar biasa pentingnya. Tenaga penjual bukan lagi merupakan suatu sosok yang inferior yang hanya menawarkan suatu barang kepada pelanggan yang lebih superior, melainkan berperan sebagai "problem solver" yang menawarkan sesuatu yang bermanfaat bagi konsumen.

Nah sudahkah mental seperti ini ada di diri anda dan perusahaan anda ?

No comments:

Post a Comment